Gas
rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah
kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi
dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Disebut
gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip
dengan kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar
suhu di dalam rumah kaca tetap hangat sehingga tanaman di dalamnya pun akan
dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Dengan kata
lain gas rumah kaca berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi agar tetap
hangat.
Berikut
adalah macam-macam gas rumah kaca.
1.
Uap Air
Uap
air adalah gas rumah kaca yang paling banyak mencapai atmosfer akibat penguapan
air dari laut, danau, dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul
secara alami dan bertanggung jawab terhadap sebagian besar dari efek rumah
kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia
tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala
lokal.
Dalam
model iklim, meningkatnya temperature atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca
akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di
troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya
konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatna efek rumah kaca, yang
mengakibatkan meningkatnnya temperatur, dan kembali semakin meningkatnya jumlah
air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai titik ekulibrium
(keseimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif
terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti
CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara
tidak langsung melalui terbentuknya awan.
2.
Karbondioksida
Karbondioksida
adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alam seperti :
letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia, serta pembakaran material
organic (seperti tumbuhan).
Karbondioksida
dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan
dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepas
oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Walaupun lautan dan proses
alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia
yang melepas karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya.
3.
Metana
Metana
yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia
merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak
jika dibandingkan dengan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi. Merana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organic di tempat
pembuangan sampah, bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama
sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industry
pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer meningkat 1 ½ kali lipat.
4.
Nitrogen Oksida
Nitrogen
oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari
pembakaran bahan fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat
menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini
telah meningkat 16% bila dibandingkan masa praindustri.
5.
Gas Lainnya
Gas
rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran
berflourinasi dihasilkan dari peleburan aluminium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22)
terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi,
furniture, dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa Negara
berkembang masih menggunakan klorofluoro (CFC) sebagai media pendingin yang
selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang
melindungi bumi dari radiasi ultra violet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini
telah berakumulasi di atmosfer, tetapi 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam
Protokol Montreal tentang substansi-substansi yang menipiskan lapisan ozon,
konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.
Para
ilmuan telah lama mengkhawatirkan gas-gas yang dihasilkan dari proses
manufaktur. Ia berpotensi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun
2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial
di atmosfer. Bahan baru tersebut adalah tritrifluorometil sulfur pentafluorida.
Walaupun masih tergolong langka di atmosfer, gas ini mampu menangkap panas jauh
lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat
ini sumber industry penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
Efek
Rumah Kaca
Efek
rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824 dan diselidiki
pertama kali secara besar-besaran oleh Svante Arrhanieus pada tahun 1896. Efek
rumah kaca merupakan sebuah proses atmosfer memanaskan planet. Mars, Venus, dan
benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan)
memiliki efek rumah kaca.
Efek
rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukan dua hal berbeda: efek rumah kaca
alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang
terjadi akibat aktivitas manusia. Hal kedua ini diterima oleh semua, terutama
para ilmuan meskipunn ada beberapa perbedaan pendapat.
Efek
rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2)
dan gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini
disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan
bahan bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk mengabsorbsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami, 25% dipantulkan
oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diadsorpsi
permukaan bumi, 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi
yang diadsoprsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan
bumi. Akan tetapi, sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi dipancarkan
tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke
permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan efek
rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh
berbeda.
Selain
gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur
dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), dan nitrogen dioksida (NO2)
serta beberapa senyawa organic seperti gas metana (CH4) dan khloro
fluoro carbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
peningkatan efek rumah kaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar